BPBD Kabupaten Sleman Siap Hadapi Musim Hujan
Sleman – sadap99.com
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman telah menyusun sejumlah langkah strategis untuk mengantisipasi musim penghujan dan mempersiapkan penanggulangan bencana. Hal ini disampaikan oleh Kepala BPBD Sleman, R. Haris Martapa, MT., dalam konferensi pers pada Kamis (16/10/2025) di Ruang Slembada, Pemkab Sleman.
“Kami telah menyusun perencanaan komprehensif yang selalu diperbarui, termasuk mengalokasikan anggaran yang memadai,” ujar Haris dalam pemaparannya.
Rencana penanggulangan bencana tersebut meliputi pengurangan risiko bencana, peningkatan kapasitas, serta pemetaan daerah rawan yang berpotensi terdampak selama musim hujan.
Haris menjelaskan, langkah antisipasi difokuskan pada pengoptimalan upaya pengurangan risiko bencana, khususnya banjir lahar hujan, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.
“Kami mengutamakan penguatan sistem peringatan dini agar masyarakat mendapat informasi yang cepat dan akurat. Koordinasi dengan BMKG, instansi lintas sektor, pemerintah desa, relawan, dan masyarakat juga diperkuat, termasuk kesiapan jalur evakuasi, tempat pengungsian, dan logistik darurat,” jelasnya.
Beberapa program peningkatan kapasitas yang telah dipersiapkan meliputi:
1. Program Kaltana (Kalurahan Tanggap Bencana): Setiap kalurahan memiliki unit pelaksana teknis yang didukung relawan setempat untuk kegiatan mitigasi, sosialisasi, dan siaga darurat.
2. SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana): Pelatihan dan fasilitator untuk membekali satuan pendidikan dengan ilmu dan praktik penanggulangan bencana.
3. Pemberdayaan Relawan: BPBD Sleman telah membentuk 70 komunitas relawan yang melibatkan 2.481 orang, dilengkapi dengan jaminan kesehatan (BPJS Ketenagakerjaan).
4. Gladi Kesiapsiagaan Bencana: Kegiatan gladi seperti penanganan tanah longsor telah dilakukan di beberapa wilayah rawan, termasuk Kapanewon Prambanan, untuk memperkuat koordinasi dari tingkat padukuhan hingga kabupaten.
Pemetaan Daerah Rawan Bencana
BPBD Sleman telah memetakan wilayah rawan bencana berdasarkan kajian risiko, di antaranya:
· Banjir Lahar: Terdapat 54 kalurahan di 15 kapanewon di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi, yang menjadi prioritas saat intensitas hujan tinggi.
· Tanah Longsor: Wilayah rawan terutama di daerah perbukitan seperti Kapanewon Prambanan, Turi, Pakem, dan Cangkringan, meliputi 44 kalurahan dengan risiko tinggi akibat kepadatan penduduk atau luas lahan produktif.
Dalam situasi darurat, masyarakat diimbau untuk senantiasa memantau informasi resmi dari pemerintah atau BMKG. Masyarakat juga diminta untuk waspada saat hujan deras disertai angin kencang, menghindari berkendara melalui banjir, serta aktif membersihkan saluran air dan memotong ranting pohon yang rapuh di lingkungan masing-masing.
“Melalui pendekatan komprehensif, mitigasi, dan koordinasi terpadu, kami berharap dapat menjaga keselamatan warga serta mengurangi risiko dan dampak dari bencana cuaca ekstrem,” pungkas Haris.
(Ome)